Sampai saat ini masih ada perdebatan tentang unsur-unsur yang membentuk manusia. Pengikut paham Trikotomi menganggap bahwa manusia itu terdiri dari tiga unsur: tubuh, ruh, dan jiwa. Masing-masing unsur berbeda dari yang lainnya. Berbeda dengan pengikut paham Trikotomi, pengikut aliran Dikotomi mengatakan bahwa manusia terdiri dari dua unsur saja: tubuh dan jiwa; tubuh berbeda dengan jiwa, tapi jiwa dan rooh adalah hal yang sama; hanya penyebutannya saja yang beda.

Bila ditelusuri, pandangan Trikotomi merupakan warisan dari pemikiran Yunani. Orang Yunani beranggapan bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Tubuh dianggap materi dan diidentikkan dengan hal yang jahat; sedangkan jiwa dan ruh dianggap suci dan diidentikkan dengan hal yang baik. Mengapa ada kejahatan, menurut orang Yunani, adalah karena kejahatan dan kebaikan bersatu dalam diri manusia. Tidak mungkin harmonisasi muncul bila antara yang baik dan jahat itu menyatu. Begitulah pandangan orang Yunani Kuno.

Namun, paham Trikotomi menuai kesulitan. Paham ini sulit menjelaskan pertanyaan seperti 'di mana kemampuan mengingat, proses berpikir, emosi, kemauan, dan pengambilan keputusan terjadi?' Bagaimana relasi antara keduanya terhadap tubuh? Bagaimanakah tubuh menjalankan fungsinya? Ketika ada rangsangan yang diterima oleh panca indera, apa yang mengontrol tubuh? Bila seseorang mendengar inspirasi, di mana kemauan untuk berubah terjadi? Di mana spritualitas beroperasi? Ketika seseorang berdoa, apa yang berelasi dengan Tuhan? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak mudah dijawab pengikut paham Trikotomi.
Namun, dalam paham Dikotomi, proses berpikir, emosi, kemauan, membuat keputusan, mengingat dan spritualitas terjadi dalam roh atau jiwa. Ada relasi yang sangat dekat antara jiwa dan tubuh. Rohlah yang memimpin tubuh; bukan sebaliknya. Tubuh hanya berfungsi bila jiwa eksis. Otak, telinga, mulut, tangan, kaki, dan semua anggota tubuh hanya berfungsi bila jiwa ada. Manusia tidak bisa berpikir kalau tidak ada jiwa. Mulut tidak bisa mengucapkan kalimat kalau jiwa tidak ada. Manusia tidak bisa bergerak atau melakukan apapun kalau jiwa tidak ada. Tanpa jiwa, tubuh itu mati adanya.
Roh atau jiwa bisa eksis sekalipun terpisah dari tubuh. Jiwa bisa berbicara, mengeluh, mengerang, bersukacita tanpa bersatu dengan tubuh. Jiwa-jiwa orang yang telah mati tetap eksis sekalipun berada di surga atau di neraka.Walaupun jiwa bisa eksis tanpa tubuh, jiwa tidaklah lengkap kalau tidak bersama-sama dengan tubuh. Itulah sebabnya jiwa tidak bisa dipisahkan selamanya dengan tubuh. Bagi kalangan yang menerima kebangkitan pada akhir zaman, jiwa akan kembali disatukan dengan tubuh. Manusia yang telah mati akan dibangkitkan kembali. Ini sebuah misteri.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas kunjungan Anda,dan mohon kritik dan sarannya untuk saya,agar saya dapat menampilkan blog ini lebih berisi dan sempurna.